Para peneliti telah mencoba membuat vaksin HIV selama hampir 40 tahun. Upaya itu pun sulit karena kecenderungan HIV untuk bermutasi, berevolusi, dan berubah dengan cepat.
Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Hampir tidak ada orang yang sembuh dari infeksi HIV. Tidak diketahui jenis sel kekebalan dalam tubuh yang benar-benar dapat melindungi dari infeksi. Nah, apakah vaksin HIV ini sudah ada? Yuk simak penjelasan berikut!
HIV/AIDS
HIV atau kepanjangan dari human immunodeficiency virus adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini secara spesifik menyerang sel CD4 yang menjadi bagian penting dalam perlawanan infeksi. Menurunnya sel CD4 akan melemahkan fungsi sistem imun tubuh manusia secara drastis.
Akibatnya, HIV akan membuat tubuh Anda rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya. Sering dikira sebagai satu kesatuan, HIV dan AIDS adalah kondisi berbeda. Meski begitu, keduanya memang saling berhubungan.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat parah. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis lain, seperti kanker dan berbagai infeksi oportunistik yang muncul seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Sederhananya, infeksi HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. Jika infeksi virus ini dalam jangka panjang tidak diobati dengan tepat, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami AIDS.
Apakah Ada Vaksin untuk Mencegah HIV?
Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah infeksi HIV atau mengobati mereka yang terinfeksi. Namun, para ilmuwan sedang bekerja untuk mengembangkannya. National Institutes of Health (NIH) berinvestasi dalam berbagai pendekatan untuk mencegah HIV, termasuk vaksin HIV pencegahan yang aman dan efektif.
Jika Anda secara tidak sengaja terpapar HIV, misalnya ketika berhubungan seks tanpa menggunakan kondom dengan seseorang yang Anda duga positif HIV atau tertusuk jarum suntik bekas orang yang positif HIV, Anda harus segera melakukan post exposure prophylaxis (PEP).
PEP harus digunakan sesegera mungkin setelah seseorang tidak sengaja terkena paparan HIV. Agar efektif, obat ini harus dikonsumsi dalam kurun waktu 72 jam (3 hari) sejak paparan terakhir. Namun, semakin cepat Anda memulai tindakan PEP akan semakin baik karena dapat mengurangi risiko terkena HIV secara berarti.
PEP merupakan perawatan darurat medis yang tergolong aman untuk dilakukan. Namun, perawatan ini mungkin akan menimbulkan efek samping bagi beberapa orang. Efek samping yang paling umum ketika seseorang melakukan perawatan ini adalah mual, pusing, dan kelelahan. Meski begitu, efek samping ini tergolong ringan dan cenderung mudah diatasi sehingga tidak mengancam jiwa.
Jika terpapar HIV, Stella Family dapat segera konsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam Stella. Untuk appointmentnya, Stella Family dapat mengirimkan pesan WhatsApp ke nomor berikut ini
0811-6252-468.
Direview oleh
dr.Sophie Isabela, Sp.PD